Senin (12/07/2021) Pukul 15:30, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) bekerjasama dengan Kementrian Koperasi dan UKM RI, melaksanakan webinar dan peluncuran buku pemikiran Bung Hatta secara virtual bertemakan “Gerakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat”. Acara dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM RI yaitu Teten Masduki dan sejumlah tokoh penting lainnya seperti Prof Emil Salim, Ismid Hadad, Prof Didik J Rachbini dan juga Prof Meutia Hatta

Webinar tersebut merupakan rangkaian acara hari koperasi nasional ke -74 dan rangkaian ulang tahun ke 50 LP3ES, kegiatan di buka oleh Didik J Rachbini selaku ketua dewan LP3ES, dalam pembukanya beliau menyampaikan bahwa pemikiran Bung Hatta mengenai koperasi yang tidak hanya diartikan secara terbatas terkait koperasi dalam bentuk wadah, tetapi juga sebagai gerakan dan sistem ekonomi.

Selain itu menurutnya penerjemahan dari Undang-Undang dasar 1945, lebih dari setengah lusin pasalnya  menunjukan pentingnya gerakan dan sistem koperasi.

Kemudian Ismid Hadad selaku pendiri LP3ES dan pengurus Bineksos juga dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam pandangan Bung Hatta, koperasi bukan hanya sebagai institusi ekonomi tetapi juga gerakan ekonomi rakyat, Bung Hatta menyebut koperasi sebagai intitusi pendidikan yang penting, yakni pendidikan ekonomi,sosial demokrasi bahkan pendidikan karakter anti korupsi yang menanamkan nilai nilai kejujuran anggotanya.

Terlebih beliau juga mengatakan refleksi hari koperasi menurut Bung Hatta sendiri bukan untuk menengok kebelakang atau  sekadar hanya menunjukan jejak langkah yang sudah ditempuh, tapi memperingati untuk mendorong kita menghadapi tantangan ke depan , menyadari apa tugas dan tantangan kita yang belum terlaksana, ujarnya.

Meutia Hatta juga hadir sebagai perwakilan keluarga Bung Hatta, dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa dalam pasal 33 undang-undang 1945, merupakan konsepsi Bung Hatta mengenai prinsip dari perekenomian nasional. Beliau juga menyoroti ayat 1 pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 yang menyatakan perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Beliau mengatakan bahwa:

“Kata disusun artinya perekenomian  nasional tidak dibiarkan  tersusun sendiri sesuai dengan kehendak pasar artinya pemerintah harus aktif turun tangan untuk menata dan mengatur perekenomian nasional, sementara kebersamaan sepatutunya diartikan sebagai kerjasama atau gotong royong yang mengutamakan kepentingan kolektif, dan asas kekeluargaan hubungan layaknya anggota keluarga  sebagaimana asas kekeluargaan yang hidup di taman siswa yaitu Ki Hadjar Dewantara”, ujarnya.

Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia Teten Masduki, dalam sambutan nya juga mengatakan bahwa pemikiran Bung Hatta memberikan wawasan berharga mengenai idealnya koperasi dalam membangun dan dikembangkan sebagai jalan menuju kesejahteraan bersama.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemutaran video peluncuran buku karya Bung Hatta Jilid VI dengan tema “Gerakan koperasi dan Perekonomian Rakyat” dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama.

Setelahnya acara kembali dilanjutkan dengan webinar bedah buku pemikiran Bung Hatta“Gerakan koperasi dan perekonomian rakyat” yang di moderatori oleh Zaenal Muttaqin sebagai peneliti LP3ES. Diskusi dimulai oleh Prof Emil Salim yang menyebut bahwa dalam memahami gagasan Bung Hatta , harus memahami pula suasana batin kedua pemimpin kita yaitu Soekarno dan Hatta pada saat belum terbentuknya Negara Indonesia. Untuk itu menurutnya gagasan yang muncul dari kedua pendiri bangsa yaitu untuk membangun sebuah Negara. Maka dari itu Negara itu memiliki fungsi melindungi rakyat dan kedua meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan yang ketiga mempunyai fungsi kecerdasan.

Maka dari itu rumusan tersebut menghasilkan gagasan bahwa bangunan ekonomi adalah bangunan koperasi, yang didasarkan pada semangat gemeinschaft atau kegotongroyongan, yang menurutnya semangat masyarakat ke kitaan. Dalam paparannya beliau mengatakan:

“ Masyarakat kita mempunyai hal unik, kita mengalami makna kata kita, Kita itu adalah saudara dan saya termasuk, kita menghindari memakai kata kami –yaitu saya tanpa saudara maka lahir gemeinschaft, paguyuban semangat ke kitaan bekerja bersama saudara dan saya bersama sama, maka lahirlah gagasan koperasi sebagai usaha bersama, yang membangun kesejahteraan bersama bukan untuk kami bukan untuk pemilik modal , tapi untuk kebersamaan, gotong royong kata Bung Karno, kerja sama koperasi kata Bung Hatta” ujarnya.

Untuk itu ada desakan sebuah bentuk ekonomi yang di dasarkan pada sejarah penjajahan dan perilaku masyarakat Indonesia yang paguyuban. Oleh karena itu bentuk koperasi menghimpun kemampuan masing-masing sebagai lidi yang diperkuat kemudian digabung sebagai sebuah kekuatan yang dahsyat, lanjutnya.

Maka koperasi menurutnya sebagai sebuah institusi yang mempunyai cita cita melindungi anggotanya, mencerdaskan anggotanya dan memakmurkan anggotanya sebagai soko guru dari Negara yang ingin dibangun.

Kemudian diskusi dilanjutkan oleh Poppy Ismalina sebagai dosen FEB UGM, yang menyampaikan dalam poin materi yang dibawakannya bahwa koperasi harus menjadi dasar perekenomian rakyat. Selain itu koperasi juga didefinisikan sebagai sebuah institusi pendidikan bagi masyarakat, agar melatih masyarakat didalam membangun kemandirian dan harga diri sendiri serta komunitas untuk tetap memperjuangkan kehidupan yang layak.

Kamaruddin Batubara selaku presiden direktur koperasi benteng mikro Indonesia yang juga sebagai pemateri, menyampaikan dalam materinya bahwa koperasi adalah sebah perkumpulan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Dalam koperasi taka da sebagian anggota bekerja ,sebagian memeluk tangan. Semuanya bekerja untuk mencapai tujuan bersama—dalam buku Bung Hatta.

Menurutnya Bung Hatta sudah memprediksi akan lahir koperasi koperasi sebagai topeng yang akhirnya merusak nama koperasi itu sendiri. “Hari ini itu ada , ada koperasi yang ketua nya bapaknya, anaknya menantunya ada disitu gitu, nah ini yang merusak, 60 tahun yang lalu Bung Hatta sudah memprediksi itu, maka kalau saya lanjutan maslaah berkoperasi tadi apa disini bung hatta untuk mencapai deviden itu, dipaksa orang beli dengan harga yang mahal, itu yang salah” ujarnya.

Untuk itu dalam kaitannya dengan koperasi beliau mengatakan bahwa cita-cita koperasi Indonesia adalah menentang individualisme dan kapitalisme secara Fundamental. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup oleh moderator.

Penulis : Teddy Nugroho (Peneliti Muda LP3ES)

Share This