Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menerbitkan buku karya cendekiawan muslim Sofjan S Siregar berjudul ‘Ijtihad Demokrasi’.
Bertempat di gedung baru Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (27/2), peluncuran buku dihadiri isteri dan anak almarhum Sofjan S Siregar yang datang langsung dari negeri Kincir Angin, Belanda.
Buku ini terdiri dari tujuh bab dan sejumlah sub-bab. Bahasannya mulai dari oligarki partai politik, reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, ijtihad pembangunan ekonomi, pengembangan demokrasi dan politik luar negeri.
Sejumlah tokoh penting hadir dalam kesempatan itu, dimana sebagian adalah pengisi materi seminar ‘Masa Depan dan Ijtihad Demokrasi’ yang digelar berangkaian dengan peluncuran buku.
Mereka adalah Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang juga anggota DPD RI dan pendiri Jimly School of Law and Government, Prof dr Jimly Asshiddiqie; akademisi Universitas Hasanuddin yang juga mantan Komisioner Komnas HAM Said Nisar; Direktur Eksekutif LP3ES, Fajar Nursahid serta Peneliti LP3ES, Zaenal Muttaqien.
“Indonesia butuh buku ini. Inilah buku yang bercerita dengan gamblang tentang apa itu demokrasi yang ternyata ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Buku ini bisa menjadi landasan bagi diskusi-diskusi pegiat demokrasi. Apalagi buku ini mengisi juga wawasan kita bahwasannya tak ada tarikan-tarikan antara Islam dan demokasi. Justeru keduanya dibahas di buku ini dalam suasana kepala dingin,” kata Fajar Nursahid, saat memberikan sambutannya.
Fajar menilai kelebihan buku ini justeru ada pada cara penyampaiannya yang populer dan mudah dipahami. Ibarat makanan, buku ini renyah dan gampang dikunyah.
Bak tontonan, buku ini layak ditonton semua umur. Bagaimana tidak demikian, jika isinya adalah nilai-nilai demokrasi yang ada dalam kehidupan keseharian yang kontemporer ini.
Jimly Asshiddique, yang mengenal dengan baik sosok Sofjan Siregar, mengaku sangat senang dengan terbitnya buku ini oleh LP3ES dan dimunculkan di Perpustakaan Nasional.
Buku yang sangat penting dan bagus untuk dibaca siapa saja. Apalagi buku ini adalah buku yang menggambarkan perspektif orang Indonesia yang lama berada di luar negeri dalam memandang iklim demokrasi di negaranya sendiri.
Sangat menarik menurut Jimly. Dia mengemukakan, Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, telah dinilai sukses mengelola demokrasi. Sementara banyak negara-negara mayoritas muslim lainnya yang gagal.
“Itu menandakan demokrasi memang sebuah ijtihad. Sebuah perjuangan. Dalam konteks ini, maka saya katakan kalau tidak pada tempatnya jika kita mempertentangkan Islam dan demokrasi. Kita sesungguhnya sudah membuktikan itu, lewat beberapa tahapan kehidupan demokrasi yang telah teruji,” kata Jimly.
Bahkan jika ditarik ke masa Nabi Muhammad SAW, apa yang disebut demokrasi telah dipraktikkan langsung dengan teguh. Baginda Rasulullah tidak memilih penerusnya dari kalangan keluarga.
Jika iya, harusnya Ali Bin Abi Thalib. Tapi Abu Bakar Siddik adalah hasil pemilihan yang demokratis kala itu. Sayyidina Abu Bakar adalah kalifah pertama yang dibaiat atau dipilih ummat saat itu. Selanjutnya Umar Bin Khattab, juga hasil pemilihan langsung.
“Itulah demokrasi yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad. Padahal saat itu belum ada institusi pemilihan seperti saat ini. Jadi bagaimana Islam lewat Nabi Muhammad sudah menjalankan demokrasi dan menjadikannya bermakna positif pada saat itu. Luar biasa,” kata Jimly.
Sjahdian Siregar, putra Sofjan Siregar mengatakan, buku yang dikerjakan sejak 2013-2015 dan disempurnakan sejak 2018-2019 ini adalah visi ayahnya untuk mencapai Indonesia yang lebih adil, makmur dan bermartabat.
“Ayah saya sangat yakin, bahwa ijtihad demokrasi akan memberikan inspirasi dan masukan kepada seluruh komponen bangsa untuk mendorong praktik berdemokrasi yang lebih baik. Integritas, kejujuran, kesederhanaan adalah kuncinya,” kata Sjahdian, saat diatas podium.
Prof Sofjan S Siregar adalah tokoh intelektual yang terkenal di kalangan muslim Belanda. Karya monumentalnya adalah terjemahan Al Quran dalam Bahasa Belanda, De Edele Koran.
Sofjan adalah profesor bidang Islamic Studies dan mengajar mata kuliah Fiqih Siyasah dan Fiqih Kontemporer di Islamic University of Europe (IUE), Rotterdam, Belanda.
Menyelesaikan sarjana muda di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sofjan meneruskan pendidikan di University of Medinah. Strata 2 dan 3 bidang syariah ditempuhnya di Imam Muhammad Bin Saud Islamic University Riyadh, Saudi Arabia.
Sofjan meninggal dunia di Serbia pada 23 Oktober 2017 ketika menjalankan tugas akademik dalam usia 66 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Belanda. (dianw)
Sumber : waspada.id