Sembilan hari lagi, tepatnya tanggal 17 April 2019, negeri ini akan menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu) 2019, yakni Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden. Inilah pemilu serentak pertama di Indonesia sepanjang sejarah. Pada tanggal tersebut, kita akan memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sebuah perhelatan politik akbar yang tentu saja menguras energi yang luar biasa, menghabiskan dana yang sangat besar serta melibatkan beragam kepentingan.
Acara Seminar Politik Uang dalam Pemilu 2019 hari Senin 8 April 2019 ini diselenggarakan oleh LP3ES bekerjasama dengan INDEF, diinspirasi oleh terbitnya buku Democracy for Sale: elections, clientelism and the state in Indonesia karya Edward Aspinall dan Ward Berenschot (Cornell University Press, 2019). Seminar ini dibuka dengan Sambutan oleh Ismid Hadad (Ketua Pengurus BINEKSOS: Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan Ekonomi dan Sosial) – sebuah lembaga independen yang membentuk LP3ES pada tahun 1971, menampilkan para pembicara:
- Prof Edward Aspinall, Ph.D (Australia National University) – penulis buku Democracy for Sale: elections, clientelism and the state in Indonesia.
- Ward Berenschot, Ph.D (KITLV Belanda) – penulis buku Democracy for Sale: elections, clientelism and the state in Indonesia.
- Daniel Dhakidae, Ph.D – Pemimpin Redaksi Jurnal Prisma – LP3ES
- Wijayanto, Ph.D – Pengajar di Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Universitas Diponegoro, Semarang. Meraih gelar doktor dari Institute for Area Studies (IAS) Universitas Leiden, Belanda.
Seminar dipandu oleh Prof Dr Didik J. Rachbini (Ketua Dewan Pengurus LP3ES).
Sekadar menyebut beberapa kejadian: akhir Maret 2019, masyarakat dikagetkan oleh hasil OTT KPK yang menemukan empat ratus ribu amplop berisi uang total 8 milyar rupiah yang diduga milik salah satu politisi partai besar di Indonesia yang diniatkan untuk “serangan fajar”. Berita ini mendahului berita-berita sebelumnya di antaranya OTT KPK terhadap politisi muda yang juga ketua umum partai Islam yang diduga terlibat aksi suap dalam rangka jual-beli jabatan.
Dua Indonesianis (Edward Aspinall dan Ward Berenschot) me-release bukunya saat korupsi masih merupakan problem utama yang menghantui peradaban kita. Juga, mereka menunjukkan kepada kita bahwa politik uang, korupsi, ketimpangan ekonomi dan oligarkhi merupakan problem yang tak saling berkaitan, namun juga berkaitan erat.
Ed dan Ward menawarkan peta jalan bagi problem politik uang yang menghantui peradaban kita yang membutuhkan partisipasi tiga aktor: elit, masyarakat sipil dan lembaga pemilu. Dari sisi elit, kita membutuhkan generasi elit politik yang berani hadir dengan politik programatik. Artinya mereka berani bertarung memenangkan pemilu bukan dengan menawarkan uang atau imbalan, namun menawarkan program. Masyarakat sipil juga perlu kuat dalam mengorganisir diri agar menjadi kekuatan yang mampu mendorong bagi berakhirnya klientelisme dan menggantinya dengan politik gagasan. Dari segi desain pemilu, kita perlu mendesain sistem pemilu yang murah tanpa harus mengorbankan sisi keterwakilan dan akuntabilitas yang menjadi hal utama dalam demokrasi.
Seminar – merupakan kegiatan ilmiah dan salah satu bentuk pengembangan ilmu yang menjadi concern LP3ES – ini sangat penting dan relevan, karena politik uang adalah masalah yang ‘menghantui’ peradaban politik kita hari ini hingga waktu yang kita belum tahu kapan akan berakhir. Semoga akan ada gagasan baru yang lahir dari kegiatan seminar ini.