Yayasan Masagena Centre mengadakan kegiatan Pemberdayaan Pemuda dalam membangun Demokrasi Tanpa Kekerasan yang bertujuan pada pembentukan jaringan pemuda untuk pencegahan dan penyelesaia konflik, di Hotel LYNT Makassar, Kamis (23/11/2017).
Kegiatan ini berfokus pada pengurangan konflik kekerasan dan konsolidasi demokrasi di Indonesia dengan menekankan pada peringatan dini konflik pemuda dengan kekerasan dan perdamaian yang berbasis aplikasi.
Kegiatan ini sendiri di laksanakan di tiga kota di Indonesia, dengan penyelenggaran LP3ES di Jakarta, Masagena Center di Makassar dan Ilalang Papua di Jayapura.
Tidak kurang dari 100 pemuda dari berbagai latar belakang yang berbeda hadir pada kegiatan ini diantaranya, OKP tingkat makassar dan Sulsel, Aktivis dan fungsionaris lembaga kemahasiswaan yang ada di Makassar, Organda, dan Komunitas-komunitas profesi dan kelompok yang ada di Makassar.
Hadir sebagai narasumber Dr. A. M. Akhmar, M. Hum, Peneliti dan juga Akademisi dari UNHAS, berbagi teori dan pengalaman dalam melakukan penanganan konflik dengan isu SARA di Luwu Utara Tahun 2003.
Samsang selaku Project Officer melalui pemaparan hasil baseline data surveinya menyebutkan bahwa, konflik yang paling tinggi berpotensi memicu kekerasan dalam 3 tahun terakhir ini di kota Makassar adalah konflik antar Mahasiswa 21,8%, Konflik antar Gank 16,8%, konflik antar kampung atau wilayah 15,8%, konflik Pilkada 13,9%, konflik kebijakan publik 12,9%, konflik perebutan sumber daya 7,9%, konflik antar suku 7,9% dan konflik dengan isu agama 3,0%.
Di akhir kegiatan peserta membangun komitmen bersama untuk berjejaring dan siap menjadi agent dalam rangka pencegahan dini konflik yang berbasis aplikasi.
Selanjutkan akan dilakukan penguatan kapasitan untuk jaringan, pemetaan dan studi dasar, mengembangkan sistem peringatan dini konflik pemuda (YCEWS) dan mendirikan pusat informasi konflik untuk pemuda. (**)
Sumber. radiomercuriustopfm.com