Kekuatan Oligarki Disebut Hambat Presiden Ambil Keputusan

Kekuatan Oligarki Disebut Hambat Presiden Ambil Keputusan

Peneliti senior Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Fachry Ali menyebut kekuatan oligarki menghambat presiden mengambil keputusan. Menurut Fachry, presiden mau tidak mau berhubungan dengan kekuatan tersebut.

“Di masa sekarang terjadi migrasi modal dari mereka yang sudah terlanjur kaya ke dalam dunia politik ketika negara lemah. Itulah yang tampil semacam oligarki. Presiden, betapa pun dia ingin berbuat sesuatu, dia tidak bisa harus berhubungan dengan kekuatan-kekuatan oligarki,” kata Fachry.

Hal itu disampaikan Fachry saat menyampaikan orasi dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 LP3ES di Jakarta, Rabu (19/8/2020). Temanya “LP3ES dan Pertanyaan Tentang Politik-Ekonomi Indonesia Dewasa Ini”.

“Problem kita kalau kata Hans Schmitt, politik tahun 1950-an tidak bersinggungan dengan kepentingan-kepentingan agraria. Nah sebagai akibatnya, politik itu berartikulasi di antara elite, partai-partai, birokrasi, lalu pedagang-pedagang di luar Jawa,” ungkap Fachry.

Sementara saat masa demokrasi terpimpin dilaksanakan pada 1959, Fachry menuturkan bahwa, tokoh utama politik itu tetap tidak berhubungan dengan kepentingan agraria, tetapi elite-elite partai. Namun, pada 1960-an, partai-partai hilang.

“Lalu kemudian yang tampil hanya Soekarno, PKI dengan angkatan bersenjata. Ketika Soeharto muncul, Soeharto tidak mau berhubungan dengan kelas menengah. Dia langsung berhubungan dengan ke bawah, makanya Pak Harto itu paling mengerti pertanian,” ucap Fachry.

Fachry pun menyebut, “Di zaman sekarang enggak jelas. Enggak jelasnya itu, tetapi secara struktural berbahaya sekali.”

Sumber: BeritaSatu.com