by lp3es2022 | Jul 26, 2023 | Opini
Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang paling beragam di dunia. Terdapat berbagai macam suku bangsa dengan 512 bahasa yang dipertuturkan oleh berbagai manusia yang hidup di dalamnya. Salah satu suku bangsa yang tetap melestarikan bahasa dan budayanya adalah suku bangsa Sunda yang termasuk ke dalam suku bangsa mayoritas kedua setelah Jawa di Indonesia. Masyarakat etnis atau suku bangsa Sunda, merupakan suku bangsa yang hidup di Pulau Jawa bagian barat Indonesia, orang Sunda atau suku Sunda merupakan orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dalam percakapan sehari – hari, lazimnya tinggal di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Terdapat Upacara adat panen, upacara adat sunda saat Ramadhan, dan upacara pernikahan adat sunda merupakan budaya dan tradisi yang tetap lestari di Indonesia hingga kini.
Upacara Adat Panen Masyarakat Sunda
Seren Taun merupakan upacara ungkapan syukur atas suka dan duka yang dialami di bidang pertanian selama setahun lalu dan tahun yang akan datang. Acara ini dilakukan tiap tanggal 22 Bulan Rayagung bulan terakhir kalender Sunda. Sebelum acara ini dilaksanakan terlebih dahulu melaksanakan upacara Ngajayak (menjemput padi) pada tanggal 18 Rayagung. Padi menjadi objek utama dari upacara adat Seren Taun, selain itu acara ini menjadi ajang rasa syukur terhadap dewi Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang merupakan dewi kesuburan.
Upacara Nyalin atau Nyawen juga merupakan upacara adat dalam memanen padi. Dimana, sebelum melakukan panen padi upacara adat dilakukan dengan pimpinan Wali Puhun, Wali tersebut memiliki tanggung jawab terhadap Ngerok (menyiangi sawah) hingga Nyimpen Ibu (mengumpulkan atau mengambil padi ke lumbung padi). Upacara adat ini bermaksud untuk mengambil padi sebagai ciptaan tuhan dan tata krama karena padi menjadi salah satu sumber kehidupan manusia.
Upacara Ngaruwat Bumi dari kata rawat atau ngarawat artinya mengumpulkan atau memelihara, dengan maksud mengumpulkan seluruh anggota masyarakat atau mengumpulkan seluruh hasil bumi, baik bahan mentah, setengah jadi, maupun sudah matang. Adapun tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya tolak bala (bencana alam) dan ungkapan rasa syukur kepada leluhur.
Upacara Adat Sunda Saat Ramadhan
Munggahan yang berartikan unggah (naik) dengan maksud naik menjadi pribadi yang lebih baik, Munggahan dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadhan yang dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan suci dengan melaksanakan makan bersama secara berderet dan lazimnya menggunakan daun pisang sebagai wadah makanan serta menjadi ajang silaturahmi antar keluarga. Munggahan merupakan adat Sunda yang berakulturasi dengan Islam.
Selain itu, Nganteuran juga merupakan tradisi adat sunda saat Ramadhan. Nganteuran adalah sedekah yang mengirimkan makanan jadi dari keluarga yang lebih muda kepada anggota keluarga yang lebih tua terutama orang tua. Selain itu, Nganteuran juga diberikan kepada masyarakat sekitar yang lebih membutuhkan. Selama melakukan Nganteuran wilayah pedesaan diramaikan dengan tradisi poe peupeuncitan yaitu tradisi memotong ayam dan ngabedahkeun empang yaitu memanen ikan di empang yang nantinya hasil dari panen tersebut dapat disedekahkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.
Selanjutnya, ngadulag juga merupakan tradisi sunda saat Ramadhan. Dimana, Ngadulag atau Rampak Bedug adalah tradisi yang membunyikan bedug sebagai kegiatan islami yang dimainkan saat menyambut bulan Ramadhan, setelah tarawih, dan saat hari Idul Fitri. Tradisi ini bermakna simbol adat dan budaya sunda selama bulan Ramadhan di samping simbol pengingat shalat dalam Islam.
Upacara Pernikahan Adat Istiadat Sunda
Adat Pernikahan Sunda merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan dan masih dilaksanakan oleh orang Sunda dalam melaksanakan upacara pernikahan-nya. Setelah masyarakat Sunda memeluk Islam, Islam telah memberikan warna baru terhadap kehidupan masyarakat Sunda dalam menjalankan budayanya, tak terkecuali dalam pernikahan adat-nya. Ellen sendiri berpendapat bahwa adat dengan agama Islam tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Islam di Asia Tenggara, tak terkecuali pada masyarakat Sunda. Dalam pernikahan adat Sunda, nilai-nilai Islam telah mempengaruhi adat nikah, seperti upacara sawer, buka pintu, dan lain-lainnya.
Upacara adat pernikahan Sunda terbagi menjadi 3 bagian, yakni sebelum adat nikah (pre-luminal), akad nikah (luminal), dan sesudah akad nikah (post-luminal). Dalam pre-luminal terdapat Neundeun Omongan, Ngalamar, Seserahan, Ngaras dan Siraman, dan Ngeuyeuk Seureuh. Kemudian pada fase luminal ini, terjadinya percampuran 2 insan yang dilaksanakan di masjid. Terakhir, dalam post-luminal terdapat Sawer, Nincak Endog, Upacara Buka Pintu, dan Upacara Huap Lingkung.
Di dalam upacara pernikahan Sunda, sebelum hari akad dikenal dengan tiga upacara yaitu, Pengajian, Ngebakan dan Ngeuyeuk Seureuh. Ngebakan yang berartikan memandikan dengan air doa, acara ini menyimbolkan rasa kasih sayang terhadap anak dari kedua orang tua dan sebagai penyucian diri lahir batin sebelum memasuki pernikahan, dahulu hanya menak Sunda yang dapat melakukannya dan sekarang sudah dapat dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Parahyangan.
Lalu, Ngeuyeuk Seureuh yang berasal dari kata paheuyeuk heuyeuk jeung beubeureuh yang berartikan bekerja sama dengan pasangan. Maksud acara ini adalah pemberian nasehat dari orang tua kepada calon mempelai. Dan terdapat pangeuyeuk sebagai pemimpin acara, dahulu acara ini hanya boleh disaksikan oleh sesepuh dan kedua mempelai karena terdapat penjelasan ilmu – ilmu yang mendalam tentang suami dan istri, namun sekarang acara ini boleh diperlihatkan oleh semua orang karena pangeuyeuk sudah memperhalus penjelasannya.
Kemudian, di hari pernikahan dilaksanakan tari Mapag Panganten yang termasuk ke dalam bagian post luminal dalam adat pernikahan sunda. Tari Mapag Panganten merupakan tarian yang dilakukan dalam pernikahan adat Sunda, dilakukan dengan arak-arakan, Mapag artinya menyambut atau menjemput sedangkan Panganten artinya pengantin, tarian ini dilakukan baik di akad nikah maupun acara resepsi. Tata cara melakukan tari Mapag Panganten dimulai dengan penjemputan mempelai pria dan wanita beserta keluarga ke kursi akad maupun menuju pelaminan ketika resepsi dilakukan. Lengser, Ambu, pembawa payung, penari merak, dan penari Pamayang diperlukan dalam tari tersebut. Tari Mapag Panganten pun melambangkan rasa syukur kepada Allah SWT atas ketetapan takdir yang mempertemukan kedua mempelai tersebut sebagai sepasang jodoh. Dalam tari Mapag Panganten seorang Lengser melantunkan syair dari tafsir QS. Ar-Rum ayat 21 yang bermakna tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, diciptakan untuk pasangan mempelai sebagai pasangan hidup dengan rasa sayang dan hidup dalam kedamaian.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya dan tradisi sejatinya merupakan identitas untuk mencitrakan diri dalam perjalanan sejarah kehidupan umat manusia, nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya berkaitan erat dengan perilaku hidup dalam suatu masyarakat, tentang bagaimana nilai budaya dan tradisi itu dapat dilestarikan bergantung pada siapa yang bertanggung jawab merawatnya, seperti budaya dan tradisi suku Sunda yakni upacara adat panen, upacara adat sunda saat Ramadhan, dan upacara pernikahan adat Sunda dapat tetap lestari di Indonesia karena orang Sunda memiliki moralitas yang luhur dalam bertanggung jawab, baik pada Sang Pencipta, sesama manusia, bahkan terhadap alam. Hal ini tercermin dari nilai-nilai yang terkandung pada upacara-upacara suku Sunda tersebut, hingga bisa tetap lestari sampai dengan hari ini.
Opini ini ditulis oleh:
Fathul Jawad, Ghina Hana Zafira, dan Muhamad Fikri Asy’ari, Universitas Al-Azhar Indonesia
Referensi
Benny, C. J., dkk. (2007). Pakaian Tradisional Daerah Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Giadi, R. & Aprilia, A. (2010). Salamina (Selamanya) Sundanese Wedding – Tata Rias, Busana, dan Adat Pernikahan Sunda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Harsono, T. D. (2018). Ngaruwat Bumi: Tradisi yang Tetap Lestari di Kampung Banceuy. Tautan:https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/ngaruwat-bumi-tradisi-yang-tetap-lestari-di-kampung-banceuy/
Indrawardana, I. (2012). Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam Hubungan dengan Lingkungan Alam. Komunitas 4 (1) : 1 – 8.
Koentjraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kuncoro, Mudrajad. (2013). Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Maulana, Mu’min. (2013). Upacara Daur Hidup dalam Pernikahan Adat Sunda. Refleksi, 13(05), 623-640.
Mustopa, I. R. (2021). Tradisi Munggahan di Tanah Sunda yang Unik. Tautan: https://osc.medcom.id/community/tradisi-munggahan-di-tanah-sunda-yang-unik-1743
Pemerintah Kabupaten Kuningan. Upacara Seren Taun. Tautan: https://www.kuningankab.go.id/wisata-dan-budaya/upacara-seren-taun
Suminar, N. R. (2009). Mengagungkan Ramadhan. Koran Kompas.
Suryadinata, Leo., dkk. (2003). Pendudukan Indonesia: Etnis dan Agama dalam Era Perubahan Politik. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Triani, S. (2014). Pembelajaran Rampak Bedug pada Ekstrakurikuler di SDN Cilegon 2. Skripsi.
Wulandari, P. (2019). Bentuk Penyajian Tari Mapag Panganten Dalam Upacara Perkawinan Adat Sunda Kreasi Citra Nusantara Studio di Kabupaten Bogor. Skripsi.
by lp3es2022 | Jun 6, 2023 | Opini
Pada 22-23 Mei 2023, Bappenas menyelenggarakan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional atau Musrenbangnas 2023, penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional atau RPJPN 2025-2045.
Kegiatan mahapenting ini luput dari perhatian publik di tengah ingar-bingar road show para bakal calon presiden (capres) dalam mencuri perhatian publik. Padahal, menurut UU Pemilu, para pasangan capres harus mengadopsi RPJPN 2025-2045 ini dalam visi dan misi mereka. Kegiatan ini dimaksudkan supaya jalannya pembangunan dapat terarah, terpadu, dan memiliki sasaran utama dan sasaran antara yang jelas dan konkret dalam menjawab kebutuhan bangsa ke depan.
Tantangan ke depan
Cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka di usia 100 tahun pada 2045 dipastikan akan menghadapi tantangan yang kian berat dan kompleks. Di pentas global (aspek eksternal), Indonesia harus tampil sebagai bangsa yang berdaya saing, pelaku utama, dan bukan sekadar penggembira. Pada tataran internal, Indonesia harus menjadi bangsa yang mandiri dan maju. Sejalan dengan itu, bangsa dengan kualifikasi seperti ini harus mencerminkan keadilan dan kemakmuran dalam setiap aspek kehidupan agar kue pembangunan terbagi rata.
Lebih rinci, segenap rakyat memiliki kesempatan sama untuk mengakses pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan, lapangan pekerjaan, mengemukakan pendapat dan berekspresi di muka umum, melaksanakan hak politik, mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum, serta memperoleh kehidupan yang lebih baik, tercermin dari peningkatan taraf kesejahteraan sosial ekonomi.
Para cendekiawan memahami pembangunan tak sebatas pertumbuhan ekonomi dan ukuran modernisasi lain seperti urbanisasi maupun industrialisasi. Lebih dari itu, pembangunan pada hakikatnya mencakup hal-hal yang lebih luas, seperti pemerataan, kemajuan kemanusiaan, lingkungan hidup, demokrasi, pranata sosial, nilai-nilai budaya, dan peradaban. Bila pembangunan sekadar untuk menjawab tantangan bangsa melalui proses modernisasi, hasilnya cenderung hanya akan melejitkan para elite, melanggengkan hegemoni oligarki, sementara kelas bawah tetap tertinggal akibat kian melebarnya ketimpangan.
Ekonom pembangunan peraih nobel, Amartya Sen, berpandangan, kemakmuran sebuah bangsa dapat tercapai bila berbasis pada kekuatan masyarakat yang berdaya. Artinya, kemakmuran bangsa yang diidamkan melalui proses pembangunan dapat tercapai apabila bangsa itu memiliki SDM yang berkualitas, berkepribadian, berakhlak mulia, dan berpendidikan tinggi. Kata kunci rancangan pembangunan dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah transformasi. Langkah reformasi saja tak cukup, melainkan perlu diperkuat dengan transformasi menyeluruh di berbagai bidang pembangunan. Transformasi ini penting untuk mewujudkan pembangunan yang kompetitif, didorong oleh produktivitas tinggi yang inklusif dan berkelanjutan.
Fokus utama transformasi meliputi aspek sosial, ekonomi, dan tata kelola. Transformasi dapat berjalan baik jika ditopang kuatnya landasan stabilitas nasional yang meliputi supremasi hukum, demokrasi substansial, keamanan nasional, dan stabilitas ekonomi, serta diplomasi tangguh untuk memperkuat peran di kancah internasional.
Supremasi hukum menjamin kepastian hukum dan keadilan. Sementara demokrasi substansial menghasilkan pemerintahan efektif dan responsif. Keamanan nasional yang kuat melindungi negara dan menciptakan lingkungan aman, sedangkan stabilitas ekonomi mendukung kesejahteraan masyarakat.
Ketika keempat aspek ini stabil, negara akan memiliki fondasi kuat untuk melaksanakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, menarik investasi, menciptakan pekerjaan yang layak, dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Terobosan
Terobosan menarik dari Musrenbangnas 2023 kali ini adalah penghampiran kepada seluruh elemen anak bangsa. Berbagai masalah mendasar yang tak kunjung selesai selama proses pembangunan, seperti kemiskinan dan kesenjangan, tak lagi didekati dengan program dan proyek yang bersifat ”asupan” dengan cara si miskin mendatangi kantong-kantong proyek mengatasi kemiskinan. Akan tetapi, masyarakat yang belum hidup layak itu didekati, didata, ditemukenali kebutuhan pelayanan dasar yang belum dipenuhi, dan secara bertahap dipenuhi kebutuhannya.
Demikian halnya masalah kesenjangan yang terus menghantui pembangunan di Indonesia dari masa-ke masa, baik sosial maupun spasial, tak lagi didekati hanya dengan guyuran program ke wilayah terbelakang. Daerah-daerah yang berkekurangan ini harus ”didatangi”, diagnosis masalah utama yang menggelayuti, dan pada akhirnya didorong dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, termasuk dicantolkan ke wilayah yang lebih maju.
Ikhtiar ini bisa diamati di wilayah Sulawesi, misalnya. Aspal di Buton tak lagi boleh diangkut keluar sebelum seluruh Sulawesi teraspali dengan baik. Smelter dan eksplorasi aneka pertambangan, tak hanya menumpang lewat komoditas ekspor, tetapi juga harus menyumbang pajak, retribusi, dan lapangan pekerjaan ke daerah host-nya. Selain itu, pertanian bahan pangan juga digalakkan untuk mengantisipasi suplai kebutuhan pangan di Ibu Kota Nusantara dan wilayah yang lebih maju lainnya. Pendekatan ini dirasakan lebih memanusiakan manusia Indonesia. Pendekatan sebelumnya yang memiliki slogan people centered, atau people driven, yang aslinya dikampanyekan oleh lembaga-lembaga internasional, dikemas ulang.
Manusia Indonesia tak hanya sebagai subyek pembangunan, tetapi lebih dari itu, mereka diakui eksistensinya sebagai insan yang memiliki jiwa, memiliki rasa, dan memiliki karsa. Pembangunan dirancang tak hanya untuk memenuhi segala kebutuhannya demi kesejahteraan semata, tetapi juga menggunakan cara-cara bermartabat, yang mengakui dan menghargai sisi-sisi kemanusiaannya.
Fahmi Wibawa, Direktur Eksekutif LP3ES; Pengajar FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diterbitkan : https://www.kompas.id/baca/opini/2023/06/05/merancang-pembangunan-yang-bermartabat
by lp3es2022 | May 29, 2023 | Opini
Minggu lalu, pada tanggal 22-23 Mei 2023, Bappenas menyelenggarakan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2023, penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 (https://www.youtube.com/watch?v=lZHnMdHLS74). Kegiatan maha penting ini luput dari perhatian publik ditengah hingar bingar road show yang dilakukan para bakal calon Presiden dalam mencuri perhatian publik. Padahal menurut UU Pemilu, para pasangan Capres harus mengadopsi RPJPN 2025-2045 ini dalam visi dan misi mereka.
Event ini dimaksudkan supaya jalannya pembangunan dapat terarah, terpadu dan memiliki sasaran utama dan sasaran antara yang jelas dan konkret, dalam menjawab kebutuhan bangsa ke depan. Cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka di 100 tahun pada tahun 2045 nanti, dipastikan akan menghadapi tantangan yang makin berat dan kompleks. Di pentas global (aspek eksternal), Indonesia harus tampil sebagai bangsa yang berdaya saing, pelaku utama dan bukan sekadar penggembira. Pada tataran internal, Indonesia harus menjadi bangsa yang mandiri dan maju. Sejalan dengan itu, bangsa dengan kualifikasi seperti ini harus mencerminkan keadilan dan kemakmuran dalam setiap aspek kehidupan, agar kue pembangunan terbagi rata. Lebih rinci, segenap rakyat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan, lapangan pekerjaan, mengemukakan pendapat dan bereskpresi di muka umum, melaksanakan hak politik, mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum, dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, yang tercermin dari peningkatan taraf kesejahteraan sosial ekonomi.
Kata kunci rancangan pembangunan dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045, adalah Transformasi. Langkah reformasi saja tidak cukup, melainkan perlu diperkuat dengan transformasi menyeluruh di berbagai bidang pembangunan. Transformasi ini penting untuk mewujudkan pembangunan yang kompetitif, didorong oleh produktivitas tinggi yang inklusif dan berkelanjutan. Fokus utama transformasi meliputi aspek sosial, ekonomi dan tata kelola. Transformasi dapat berjalan baik ditopang kuatnya landasan stabilitas nasional yang meliputi supremasi hukum, demokrasi substansial, keamanan nasional, dan stabilitas ekonomi untuk situasi dalam negeri yang kondusif serta diplomasi tangguh untuk memperkuat peran di kancah internasional. Supremasi hukum menjamin kepastian hukum dan keadilan, sementara demokrasi substansial menghasilkan pemerintahan efektif dan responsif. Keamanan Nasional yang kuat melindungi negara dan menciptakan lingkungan aman, sedangkan stabilitas ekonomi mendukung kesejahteraan masyarakat. Ketika keempat aspek ini stabil, negara akan memiliki pondasi yang kuat untuk melaksanakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, menarik investasi, menciptakan pekerjaan yang layak, dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Para cendekiawan memahami pembangunan tidak sebatas pertumbuhan ekonomi dan ukuran-ukuran modernisasi lainnya seperti urbanisasi maupun industrialisasi. Lebih dari itu, pembangunan pada hakikatnya mencakup hal-hal yang lebih luas seperti pemerataan, kemajuan kemanusiaan, lingkungan hidup, demokrasi, pranata sosial, serta nilai-nilai budaya dan peradaban. Bila pembangunan hanya sekadar untuk menjawab tantangan bangsa melalui proses modernisasi, maka hasilnya cenderung hanya akan melejitkan para elite, melanggengkan hegemoni oligarki, sementara kelas bawah akan tetap tertinggal akibat makin melebarnya ketimpangan.
Ekonom pembangunan peraih Nobel, Amartya Sen berpandangan bahwa kemakmuran sebuah bangsa dapat tercapai bila berbasis pada kekuatan masyarakat yang yang berdaya. Artinya, kemakmuran bangsa yang diidamkan melalui proses pembangunan, dapat tercapai apabila bangsa tersebut memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, berkepribadian, berakhlak mulia, dan berpendidikan tinggi.
Terobosan menarik dari Musrenbangnas 2023 kali ini adalah penghampiran kepada seluruh elemen anak bangsa. Berbagai masalah mendasar yang tak kunjung selesai selama proses pembangunan, seperti kemiskinan dan kesenjangan, tidak lagi didekati dengan program dan proyek yang bersifat “asupan” dengan cara si miskin mendatangi kantong-kantong proyek pengentasan kemiskinan. Akan tetapi masyarakat yang belum hidup layak itu didekati, didata, ditemukenali kebutuhan pelayanan dasar yang belum dipenuhi, dan pada akhirnya secara bertahap dipenuhi kebutuhan mereka.
Demikian halnya masalah kesenjangan yang terus menerus menghantui pembangunan di Indonesia dari masa-kemasa, baik sosial maupun spasial, tidak lagi didekati dengan semata-mata guyuran program kepada wilayah yang terbelakang. Melainkan daerah-daerah yang berkekurangan ini “didatangi”, diagnosis masalah utama yang menggelayutinya, dan pada akhirnya didorong dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, termasuk dicantolkan pada wilayah yang lebih maju. Ikhtiar ini bisa diamati diwilayah pulau Sulawesi, misalnya. Aspal di Buton tidak lagi boleh diangkut keluar sebelum seluruh Sulawesi teraspali dengan baik. Smelter dan eksplorasi aneka pertambangan, tidak hanya numpang liwat komoditas ekspor, namun harus menyumbangkan pajak dan retribusi serta lapangan pekerjaan ke daerah host-nya. Selain itu, pertanian bahan pangan digalakkan untuk antisipasi supplai kebutuhan pangan di IKN dan wilayah yang lebih maju lainnya.
Pendekatan ini dirasakan lebih memanusiakan manusia Indonesia. Pendekatan sebelumnya yang memiliki slogan people centered, atau people driven, yang aslinya dikampanyekan oleh lembaga-lembaga internasional, dikemas ulang. Manusia Indonesia tidak hanya sebagai subyek pembangunan, namun lebih dari itu, manusia Indonesia diakui eksistensinya sebagai insan yang memiliki jiwa, memiliki rasa, dan memiliki karsa. Pembangunan dirancang tidak hanya untuk memenuhi segala kebutuhannya demi kesejahteraan semata, namun juga menggunakan cara-cara yang bermartabat, yang mengakui dan menghargai sisi-sisi kemanusiaannya.
Oleh Fahmi Wibawa
Direktur Eksekutif LP3ES, Pengajar FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta