Sejak bulan Januari 2022 LP3ES dengan dukungan dari Investing in Women melakukan studi tentang “Media Sosial untuk Mempengaruhi Norma Gender”. Penelitian ini mengkaji sejauhmana kampanye media sosial yang dilakukan oleh mitra lokal Investing in Women menciptakan perubahan positif dalam sikap, harapan sosial, dan perilaku di kalangan milenial perkotaan. Studi ini meneliti bagaimana mitra lokal Investing in Women yaitu Magdalene (media digital feminis), Rumah Kita Bersama (mempengaruhi ajaran agama), Yayasan Pulih (organisasi yang menangani kekerasan berbasis gender), dan Plan Indonesia (organisasi pemuda internasional yang berfokus pada kepemimpinan perempuan) melaksanakan kampanye media sosial untuk menantang norma gender yang ada. Penelitian ini melihat sejauhaman aktivitas dan postingan mereka di media sosial, engagement mereka dengan audiens yang lebih luas, sejauhmana kampanye media sosial mereka memberikan ruang bagi perempuan untuk menyuarakan suara mereka. Inisiatif-inisiatif ini secara aktif memanfaatkan media sosial khususnya Facebook, Instagram, dan Twitter untuk menyuarakan norma gender yang lebih setara di media sosial. Penelitian ini menggabungkan analisis big data pada jutaan percakapan di media sosial, etnografi digital pada akun media sosial mitra IW, serta wawancara mendalam baik dengan mitra lokal IW maupun audiens akun media sosial mereka.

Secara umum, penelitian ini menemukan bahwa urban millennials Indonesia semakin sadar akan norma gender yang tercermin secara masif dalam jutaan percakapan dan engagement tentang isu norma gender di media sosial baik di dalam maupun di luar jaringan mitra lokal IW. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun keterlibatan besar-besaran, diskusi dan dialog substantif harus ditingkatkan. Hal ini berlaku untuk media sosial secara umum dan, lebih khusus lagi, pada kampanye media sosial mitra lokal. Di masa depan, mitra lokal dapat lebih fokus pada bagaimana menghasilkan lebih banyak dialog di media sosial. Mengingat sebagian besar cluster engagement berada di kota-kota besar, maka kampanye ke depan harus menyasar daerah lain di Indonesia. Dalam hal ini, platform media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, seperti Facebook, mungkin bisa menjadi pilihan. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah minimnya audiens laki-laki dalam kampanye media sosial IW. Melibatkan penonton laki-laki, oleh karena itu, adalah agenda masa depan.

Share This