Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menggelar diskusi bertajuk “Manajemen Kebijakan Publik Masa Krisis Covid-19” pada Rabu (6/5) kemarin. Diskusi yang diselenggarakan secara daring tersebut dihadiri Fadillah Putra wakil direktur Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang, Tanri Abeng mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Fachru Novian dan Didik J Rachbini dari LP3ES.
Fadillah Putra mengatakan bahwa krisis yang ditimbulkan oleh COVID-19 tidak hanya menimbulkan dampak buruk, tetapi juga dapat memicu lahirnya hal baik. Perubahan baik itu justru harus diteruskan meski krisis telah berakhir.
Saat ini banyak orang seakan-akan merindukan untuk kembali hidup seperti semula. Menurut Fadil, berbagai perubahan yang telah dijalani selama masa krisis pandemi justru membuatnya tidak ingin kembali pada kebiasaan sebelum adanya COVID-19.
“Saya berharap segalanya akan menjadi baru setelah ini”. Tutur Fadil lugas.
Penulis Buku Analisis Kebijakan Publik Neo-Institusionalisme yang diterbitkan oleh LP3ES tahu 2019 itu mencontohkan, salah satu perubahan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah terjadinya pemangkasan belanja perjalanan dinas di berbagai daerah, lalu direalokasikan untuk mendukung penanganan COVID-19.
Di satu kabupaten, lanjut dia, ternyat dapat memangkas belanja perjalanan dinas sampai Rp22 miliar dan belanja rapat dinas sampai belasan miliar rupiah, tujuan jelas untuk membiayai penanganan COVID-19 di daerahnya.
“Meski dipangkas, namun efektivitas rapat yang dilakukan para pegawai negeri sipil juga tidak mengalami penurunan”.
Fadil menilai, masa krisis yang ditimbulkan oleh COVID-19 rupanya mampu merubah perilaku kerja aparatur pemerintah yang selama ini dikesankan boros, tidak efisien dan tidak efektif. Dengan sedikit belajar, mereka dapat menyesuaikan diri untuk memanfaatkan fasilitas rapat daring dari telpon pintar masing-masing.
“Ini normalitas baru saya kira. Saya ingin ini jadi permanen. Efisiensi bisa jalan”. Pungkasnya.